Saat Ayam Jantan Menghargai Sang Betina

Kakek saya pernah bilang bahwa kita perlu melihat alam karena disanalah Allah memberikan pelajaran-Nya, selain kitab suci. Termasuk saat saya dan kawan-kawan mengamati dua ayam, satu jantan dan satu betina.
Ayam Jantan dan Betina
Ilustrasi ayam Jantan dan Betina, aslinya ga sempat motret. Sumber: huteri.com

Ada apa dengan dua ayam itu?

Pada hari minggu yang cerah kemarin, saya dan hampir semua anak-anak didaulat bapak kost untuk kerja bakti membersihkan sisa abu gunung Kelud yang tidak terbawa hujan. Satu hal yang kami kira ringan, ternyata tidak sama sekali. Abu yang terkumpul hampir satu mobil pick-up. Untung saja bapak kost punya pekarangan di belakang yang bisa digunakan sebagai tempat pembuangan abu tersebut.
Setelah kerja bakti selesai, bapak kost tidak tinggal diam. Sebagai hadiah, tentu saja diberikan makanan untuk sarapan. Nah, saat makan itulah datang dua ekor ayam. Ayam utuh lho, bukan ekornya saja. Ayam jantan dan betina itu memang dua diantara puluhan ayam milik bapak kost. Tak ada yang mengacuhkan kedua ayam tersebut sampai salah satu diantara kami membuang sedikit nasi dengan harapan menjadi makanan ayam tersebut.
Nasi tersebut jatuh tepat di hadapan ayam jantan, sedangkan sang betina sekitar 10 meter jauhnya. Sambil mematuk sedikit, si ayam jantan ini terus bersuara. Kami kira memang ayamnya rese’, udah dikasi makan, pilih-pilih pula. Eh, ternyata si jantan ini memanggil sang betina. Ketika si betina akhirnya tahu dan mendatangi sang jantan, keduanya menyantap nasi tersebut sampai habis.
Kebetulan? Ternyata TIDAK!
Cara ini diulang empat kali dengan menunggu kedua ayam ini terpisah satu sama lain. Tiga kali nasi diberikan kepada ayam jantan dan kejadian terus berulang. Dan satu kali saat nasi diberikan kepada ayam betina, ternyata sang jantan hanya mengambil sedikit lantas pergi mematuk-matuk di tempat lain. Ia membiarkan si betina memakan nasi itu sampai habis. Luar biasa, bukan?

Hikmah apa yang terkandung di dalamnya?

Sungguh Maha Besar Allah dengan segala yang diciptakan-Nya. Hewan yang sering kita anggap rendah, dapat membawa pelajaran bagi ke-12 orang yang mengamatinya. Agak aneh memang jika melihat reaksi semua orang saat itu. Mereka yang mengamati bukanlah orang yang berpendidikan rendah, namun dibuat takjub dengan tingkah laku kedua ayam itu.
Pria sendiri sebenarnya juga memiliki dorongan itu di dalam dirinya. Seorangpria yang mencintai seorang wanita begitu rela berkorban. Bahkan pengorbanannya bisa mencapai taraf yang konyol jika dilihat oleh orang lain. Hal yang sama ada di dalam seekor ayam jantan. Ini adalah bukti nyata bahwa sifat mengasihi ditanamkan Allah kepada semua makhluk-Nya.
Kami baru menyadari bahwa dalam dunia hewan pun ada norma atau aturan yang dijalankan. Ada code of conduct yang dimiliki oleh ayam jantan untuk mengutamakan ayam betina. Sikap kepantasan ini sebenarnya juga ada dalam diri manusia. Contoh yang sederhana adalah memberikan tempat duduk saat melihat ada wanita yang berdiri di kendaraan umum.
Jadi, saat ada pria yang tidak mau mengalah kepada wanita, kita tinggal bilang saja seperti ini: “apa kamu tidak malu dengan ayam?”. Bagaimana menurut pendapat anda?

Belajar dari Proses untuk Meningkatkan Kualitas Diri

Manusia hidup itu berproses. Dari lahir hingga tua dan mati, kita mengalami proses. Jika kita amati lebih lanjut, alam pun berproses. Maka bisa disimpulkan bahwa hidup ini adalah sebuah proses. Proses membuat perubahan dan menjadikan manusia menjadi lebih baik atau mungkin sebaliknya.
Manusia itu berproses, dari bayi sampai tua.
Manusia itu berproses, dari bayi sampai tua.
Suatu ketika ada seorang anak yang suka mengamati alam. Dia melihat dan tertarik pada sebuah kepompong. Kepompong itu tampaknya telah melewati fase akhir dan akan menjadi kupu-kupu. Anak itu mengamati terus menerus usaha calon kupu-kupu tersebut. Tampaknya, calon kupu-kupu itu sulit sekali untuk keluar. Sampai menurut anak itu, usaha itu mustahil dilakukan.
Akhirnya anak itu kasihan dengan calon kupu-kupu itu. Dia ambil sebuah silet dan membelah kepompongnya. Calon kupu-kupu itu keluar dengan mudahnya. Namun apa yang terjadi? Kupu-kupu itu tak pernah bisa mengembangkan sayapnya untuk terbang. Sepanjang umurnya, kupu-kupu itu hanya bisa merayap. Anak itu terus berharap kupu-kupu itu bisa terbang, tapi harapannya tak jadi kenyataan.
Itu adalah sedikit cerita yang dulu pernah aku dengar dari kakek. Saat itu saya mengeluh pada beliau tentang banyaknya masalah yang mendera saya. Saat itu saya hampir putus asa karena saya pikir tak seorangpun mau dan mampu menolong saya. Tapi kakek dengan bijaknya menceritakan hal ini kepada saya. Perumpamaan dalam cerita ini sungguh luar biasa.

Proses itu untuk kebaikan manusia

Apa yang anak itu lakukan memang baik, namun bukan itu yang dibutuhkan si calon kupu-kupu. Anak itu tidak pernah mengerti bahawa perjuangan untuk mengeluarkan badan dari celah sempit itu untuk mendistribusikan cairan dari tubuhnya supaya kupu-kupu itu bisa mengembangkan sayapnya untuk digunakan terbang, sesuai yang ditentukan oleh Allah.
Seringnya, perjuangan adalah sesuatu yang kita butuhkan dalam hidup ini. Kesakitan dan kesulitan mungkin kita dapatkan. No pain no gain, orang di barat sana menyebutnya begitu. Kalo kata om Witwicky di Transformer, “no sacrifice, no victory”. Jika Allah membiarkan kita bolos dari semua ujian, maka kita akan jadi lemah, tidak sekuat apa yang kita harapkan dan tidak akan pernah “terbang” seperti kupu-kupu itu.

Sebenarnya, kita diberi lebih dari yang kita minta

Kita minta kepada Allah sebuah kekuatan lalu Allah memberi kita kesulitan untuk dihadapi supaya kita semakin kuat. Kita minta kebijaksanaan lalu Allah memberi masalah yang harus kita pecahkan. Kita menginginkan kekayaan lalu Allah memberi kita otak dan kekuatan untuk bekerja. Kita meminta cinta dan Allah memberikan orang-orang yang harus kita bantu.
Allah memberikan apa yang kita butuhkan untuk mencapai keinginan kita, bukan memberikan apa yang menjadi keinginan kita secara langsung. Dunia ini bukan dunia dongeng. Jadi jalanilah hidup tanpa rasa khawatir. Semua masalah pasti dapat teratasi jika kita yakin dan tahu. Seperti kata pepatah, “Apa yang tidak membunuhku, akan membuat aku lebih kuat.” Nah, apakah anda sudah pernah “hampir terbunuh”?

Memahami Pesan Kebaikan dari Pohon Pisang

Pisang, pohon yang habitat aslinya adalah hutan Amazon di Amerika Selatan ini ternyata membawa banyak pelajaran bagi manusia. Kita dapat mengambil pelajaran dari pohon pisang melalui daur hidup dan perilakunya.
Ilustrasi pohon pisang
Ilustrasi pohon pisang oleh Pelajar Muhammadiyah
Apa yang anda pikirkan jika mendengar kata pisang? Bagi sebagian orang, pisang identik dengan monyet. Entah siapa yang pertama mengatakan bahwa monyet makan pisang. Faktanya monyet tidak hanya makan pisang, monyet itu omnivora, memakan apa saja yang bisa dimakan.
Kata pisang sering juga menjadi kata ganti untuk menyebut alat kelamin pria. Kenapa? Ya memang bentuknya mirip. :D Namun sebagian besar orang berpikir bahwa pisang itu buah yang murah dan kulitnya bisa bikin orang terpeleset.

Filosofi hidup pohon pisang

Mungkin ada baiknya kita tidak sekedar menikmati buah pisang saja. Kita bisa mulai mengamati pohon pisang. Ada banyak hal yang bisa kita petik dari pohon pisang, selain buahnya. Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa kita dapatkan dari pohon pisang.
  • Pisang itu simbol regenerasi.
    Setahu saya, pohon pisang hanya berbuah sekali saja. Habis itu pohon pisang akan memiliki “anak”. Pohonnya akan mati setelah memiliki anak. “Anak” inilah yang akan membesar dan berbuah, lalu punya anak lagi dan mati, begitu seterusnya.
    Hikmah dari daur hidup pohon pisang ini adalah regenerasi. Manusia yang tua, sudah seharusnya mengalah dan menyerahkan urusan kepada yang lebih muda. Tidak ada manusia yang terus berkuasa selamanya. Jika sudah merasa tua dan tidak mampu, akan lebih baik digantikan oleh yang lebih muda.
  • Pisang itu tidak pendendam.
    Untuk mengambil buahnya, pohon pisang harus dipotong, minimal bagian tandannya. Meskipun pohon pisang disakiti, namun ia tidak menyuruh anaknya untuk balas dendam, misalnya dengan berbuah yang pahit atau beracun. Apa yang dapat kita pelajari dari hal ini?
    Manusia seringnya mewariskan dendam kepada keturunannya. Seorang bapak yang pernah disakiti orang, akan menceritakan kepada anaknya. Padahal sang anak tak ada urusan dengan orang yang menyakiti itu. Pohon pisang hanya mewariskan kebaikan, tidak keburukan. Seharusnya, begitulah manusia kepada keturunannya.
  • Semua bagian tubuh pisang bermanfaat.
    Mulai dari akar hingga buah pisang, semuanya bermanfaat. Bahkan saat masih mentah pun, buahnya sudah dapat kita manfaatkan. Ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa dalam keadaan seperti apapun, kita harus bermanfaat bagi sesama. Manfaat diri kita minimal adalah sebesar kemampuan kita.
    Oleh karena itu jika kita adalah pelajar, ya belajar yang baik. Jika kita pekerja, maka bekerja yang baik dan giat. Semua orang yang bertindak positif, pasti membawa manfaat bagi orang lain, entah itu secara langsung atau tak langsung.
Demikian sekelumit pelajaran yang bisa kita ambil dari daur hidup pohon pisang. Kita harus ingat bahwa Allah tidak hanya mengajar manusia lewat kitab suci saja. Dia Yang Maha Kuasa juga mengajar kita lewat alam, yang juga ciptaanNya. Bagaimana menurut pendapat anda?
© Copyright 2015. Website by Way2themes